BAB
III
PENCAIRAN ES DAN PENGUKURAN TITIK LELEH
ES
A. Pencairan
Es
3.1. Tujuan
Tujuan dari Praktikum
Teknologi
Penanganan Hasil Perikanan Materi Pencairan Es adalah
mengetahui kecepatan
pencairan es dengan menggunakan wadah,
isolator dan suhu lingkungan yang berbeda.
3.2.
Materi dan Metode
3.2.1. Materi
a.
alat
Alat yang digunakan pada Praktikum Teknologi Penanganan Hasil
Perikanan Materi Pencairan Es adalah
sebagai berikut:
Tabel. Alat yang digunakan
pada Praktikum Pencairan Es
No.
|
Nama Alat
|
Ketelitian
|
Kegunaan
|
1.
|
Thermometer
|
1oC
|
Sebagai pengukur suhu
|
2.
|
Timbangan
|
10 gram
|
Sebagai pengukur berat es
|
3.
|
Stopwatch
|
1 sekon
|
Sebagai pengukur waktu
|
4.
|
Penggaris
|
1 mm
|
Sebagai
pengukur wadah
|
5.
|
Box styrofoam besar
|
-
|
Sebagai wadah es
|
6.
|
Box styrofoam kecil
|
-
|
Sebagai wadah es
|
7.
|
Box polyethilene
|
-
|
Sebagai wadah es
|
8.
|
Blong berinsulasi
|
-
|
Sebagai wadah es
|
9.
|
Blong kayu
|
-
|
Sebagai wadah es
|
10.
|
Karung goni
|
-
|
Sebagai isolator
|
11.
|
Karung plastik
|
-
|
Sebagai isolator
|
b.
bahan
Bahan yang digunakan
pada Praktikum
Teknologi Penanganan Hasil Perikanan Materi Pencairan Es adalah sebagai
berikut:
Tabel Bahan yang Digunakan Pada
Praktikum Pencairan Es
No.
|
Nama Alat
|
Jumlah
|
Kegunaan
|
1.
|
Es air tawar
|
250 gram
|
Sebagai sampel
|
2.
|
Es air garam
|
250 gram
|
Sebagai sampel
|
3.
|
Es air laut
|
250 gram
|
Sebagai sampel
|
3.2.2. Metode
Metode yang digunakan
pada Praktikum Teknologi
Penanganan Hasil Perikanan Materi
Pencairan Es adalah sebagai berikut :
Gambar
Diagram Alir Praktikum Materi Pencairan Es
3.3 Hasil dan Pembahasan
3.3.1. Hasil
Hasil
yang diperoleh dari Praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan Materi
Pencairan Es adalah sebagai berikut:
a.
Hasil Pengukuran Wadah Materi Pencairan Es.
Tabel. Hasil Pengukuran Wadah Materi Pencairan Es
No.
|
Jenis
wadah
|
Panjang
|
Tebal
|
Lebar
|
Tinggi
|
Diameter
|
1.
|
Blong
kayu
|
45,5
|
8
|
45,5
|
68
|
-
|
2.
|
Box styrofoam besar
|
38
|
2
|
29
|
33
|
-
|
3.
|
Box
polyethilene
|
50
|
40
|
31,5
|
36,5
|
-
|
4.
|
Blong
berinsulasi
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5.
|
Karung
goni
|
67
|
2
|
47
|
-
|
-
|
6.
|
Karung
plastik
|
-
|
-
|
32
|
57
|
-
|
7.
|
Box
styrofoam kecil
|
33
|
2
|
24
|
30
|
-
|
b. Hasil Pengukuran Suhu Materi Pencairan Es Kelompok 9 Air Laut
Hasil
yang diperoleh dari Praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan Materi
Pencairan Es Kelompok 9 Air Laut adalah sebagai berikut
Tabel
Hasil Pengengukuran Pencairan Es Kelompok 9 Air
Laut
No.
|
Jenis
Wadah
|
Waktu
(menit)
|
Suhu es
(0C)
|
Suhu
Wadah (0C)
|
Suhu
Lingkungan (0C)
|
Berat Es
(gram)
|
Waktu
(WIB)
|
1.
|
Blong
Berinsulasi
|
0
|
2
|
24
|
31
|
250
|
09.05
|
15
|
10
|
28
|
31
|
-
|
09.20
|
||
30
|
12
|
33
|
32
|
150
|
09.35
|
||
45
|
12
|
35
|
32
|
-
|
09.50
|
||
60
|
12
|
44
|
32
|
50
|
09.58
|
||
75
|
11
|
34
|
33
|
-
|
10.20
|
||
90
|
20
|
34
|
23
|
0
|
10.35
|
c. Hasil pengukuran Pencairan Es kelompok 1 Air Tawar
Hasil
yang diperoleh dari Praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan Materi
Pencairan Es Kelompok 1 Air Tawar adalah sebagai berikut
Tabel
Hasil Pengengukuran Pencairan Es Kelompok 1Air
Tawar
No.
|
Jenis
Wadah
|
Waktu
(menit)
|
Suhu es
(0C)
|
Suhu
Wadah (0C)
|
Suhu
Lingkungan (0C)
|
Berat Es
(gram)
|
Waktu
(WIB)
|
1.
|
Polyethilene
|
0
|
12
|
28
|
31
|
250
|
09.00
|
15
|
7
|
20
|
31
|
-
|
09.15
|
||
30
|
6
|
23
|
32
|
220
|
09.30
|
||
45
|
6
|
23
|
32
|
-
|
09.45
|
||
60
|
6
|
22
|
33
|
180
|
10.00
|
||
75
|
8
|
45
|
33
|
-
|
10.15
|
||
90
|
9
|
47
|
33
|
0
|
10.20
|
d. Hasil Pengukuran
Pencairan Es Kelompok 5 Air Garam
Hasil
yang diperoleh dari Praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan Materi
Pencairan Es Kelompok 5 Air Garam adalah sebagai berikut
Tabel Hasil Pengengukuran Pencairan Es Kelompok 5 Air Garam
No.
|
Jenis
Wadah
|
Waktu
(menit)
|
Suhu es
(0C)
|
Suhu
Wadah (0C)
|
Suhu
Lingkungan (0C)
|
Berat Es
(gram)
|
Waktu
(WIB)
|
1.
|
Karung goni
|
0
|
2
|
39
|
31
|
250
|
08.57
|
15
|
7
|
41
|
31
|
-
|
09.12
|
||
30
|
10
|
42
|
32
|
230
|
09.27
|
||
45
|
24
|
35
|
32
|
-
|
09.42
|
||
60
|
29
|
34
|
33
|
150
|
09.57
|
||
75
90
|
16
20
|
45
45
|
33
33
|
-
0
|
10.12
10.17
|
e. Grafik
hubungan
antara lama waktu penyimpanan dan sisa berat es
Grafik Hubungan Antara Waktu dan
Massa Es (Air Tawar, Air garam, Air Laut)
3.2.3. Pembahasan
Pencairan es pada praktikum Teknologi Penanganan
Hasil Perikanan materi Pencairan Es dilakukan dengan blong berinsulasi, box
Polyethilenee dan karung goni sebagai media penyimpan es.
Materi pencairan es dilakukan dengan tujuh jenis wadah yaitu box styrofoam,
box polietilen, blong berinsulasi, blong tanpa insulasi dan box styrofoam berinsulasi dll. Wadah
tersebut diberi perlakuan suhu dingin dan akan dibandingkan dengan wadah mana
yang memiliki daya simpan yang paling baik, dengan melihat perbedaan kecepatan
pencairan es. Seluruh wadah ini diletakkan pada lingkungan yang panas.
Pada Praktikum Teknologi
Penanganan Hasil Perikanan Materi
Pencairan
Es langkah yang
dilakukan pertama kali adalah menyiapkan wadah penyimpanan es dengan bahan yang
berbeda kemudian diletakkan di bawah sinar matahari. Langkah
selanjutnya es disiapkan
sebanyak 250 gram untuk masing-masing wadah. Suhu wadah, suhu lingkungan dan suhu es
awal diukur terlebih dahulu, kemudian masukkan es ke dalam wadah dan setiap 15
menit sekali diukur suhu es, suhu lingkungan dan suhu wadah. Pengukuran berat es dilakukan setiap 30 menit sekali hingga seluruh es mencair.
Wadah yang digunakan oleh kelompok 9 adalah blong berinsulasi dan sampel yang digunakan adalah es air laut. Suhu lingkungan awal sebelum es dimasukkan
adalah 31ºC. Suhu wadah pada awalnya adalah 24ºC, berubah-ubah terus menerus sampai
semua es mencair suhu wadahnya menjadi naik sebesar 34ºC. Wadah yang digunakan ada berbagai macam jenis
yaitu, box Styrofoam besar, box Styrofoam kecil, box kayu, blong berinsulasi, karung
goni, karung plastik, dan box
polyethylene.
Perbedaan jenis wadah yang digunakan bertujuan
untuk mengetahui perbedaan lama penyimpanan es dan kecepatan pencairan es
tersebut. Tempat penyimpanan es yang digunakan dalam praktikum ini antara lain
adalah Polyethilenee dan karung goni. Semua wadah tersebut diletakkan di bawah sinar
matahari. Jenis wadah yang berbeda mengakibatkan waktu pencairan es yang
berbeda pula pada setiap wadah.
Praktikum pencairan es ini menggunakan es sebanyak
250 gram, sehingga memiliki waktu mencair lebih
cepat karena jumlahnya lebih sedikit. Jenis es yang digunakan adalah es batu air tawar, es batu air garam, dan es
batu air laut. Jika jumlah es
batu yang digunakan dalam proses pendinginan ikan masih cukup banyak, maka sisa
es batu yang belum meleleh akan digunakan untuk mempertahankan suhu wadah
pendinginan agar tetap 0 ºC dengan demikian kesegaran ikan akan dapat dipertahankan lebih lama. Jumlah es batu
yang digunakan dalam proses pendinginan ikan harus tepat. Es dengan ukuran yang
kecil akan mudah mencair dibandingkan dengan ukuran es yang besar. Ukuran es
dapat mempengaruhi kecepatan pencairan es. Es yang dibuat dengan air laut dirasa lebih baik dibanding dengan air tawar. Selama penyimpanan kadar garam dalam es aka mehambat pencairan es
oleh panas . Es yang baik
adalah es yang kering, padat dan bening. Es tidak mudah meleleh atau dibekukan
secara baik dan matang.
Suhu es pada awalnya adalah 2ºC, berubah-ubah sampai semua es mencair menjadi meningkat sampai suhu 20ºC. Berat es mengalami hal yang sama, saat terakhir menimbang berat es didapatkan
sisa sebanyak 60 gram dan waktu yang dicapai relatif lama
yaitu pada menit ke 90 barulah semua es mencair.
Pencairan es
dipengaruhi oleh banyak hal. Suhu lingkungan, suhu wadah dan serta
bahan es yang digunakan untuk pendinginana. Wadah yang digunakan diletakkan di bawah sinar
matahari, hal ini pula yang mempengaruhi kecepatan kenaikan suhu es. Es akan
lebih mudah mencair apabila bahan wadah yang digunakan menyimpan kurang
mendukung dan menyerap panas. Ketika panas diberikan secara terus-menerus dan dalam
jumlah yang cukup padat maka suhu akan naik terus sampai mencapai titik di mana
terjadi pencairan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecepatan pencairan es adalah volume kotak atau wadah yang digunakan, bahan
atau material wadah dan penggunaan
isolasi dan jenis bahan isolasi. Pada dasarnya setiap
wadah penyimpanan es memiliki daya simpan yang berbeda-beda tergantung dari
bahan pembuat wadah tersebut. Adapun yang menyebabkan cepatnya pencairan es, yakni kondisi
lingkungan dalam wadah maupun diluar wadah, selain itu pada saat praktikum suhu di dalam wadah blong berinsulasi
lebih panas apabila dibandingkan dengan wadah-wadah yang lain, karena bahan
dasar bersifat menyerap panas. Bentuk atau
dimensi wadah meliputi luas permukaan, volume mencair.
B.
Pengukuran Titik Leleh Es
3.4.
Tujuan
Tujuan dari Praktikum Teknologi Penanganan Hasil
Perikanan Materi Pengukuran
Titik Leleh Es adalah mengetahui
perbedaan kecepatan titik leleh pada berbagai jenis bahan pembuat es.
3.5.
Materi dan Metode
3.5.1. Materi
a.
alat
Alat
yang digunakan pada Praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan Pengukuran Titik Leleh Es adalah sebagai berikut:
Tabel Alat yang digunakan pada Praktikum Pengukuran
Titik Leleh Es
No.
|
Nama Alat
|
Ketelitian
|
Kegunaan
|
1.
|
Thermocouple
|
0,1°C
|
Sebagai pengukur suhu titik leleh es
|
2.
|
Gelas kaca
|
-
|
Sebagai penampung tetesan es
|
3.
|
Lidi
|
-
|
Sebagai penyangga es diatas bibir gelas
|
4.
|
Piring
|
-
|
Sebagai wadah untuk menyimpan es
|
5.
|
Karet gelang
|
-
|
Sebagai pengikat kedua kubu es
|
b.
bahan
Bahan
yang digunakan pada Praktikum Pengukuran Titik Leleh Es adalah sebagai berikut:
Tabel Bahan yang digunakan pada Praktikum Pengukuran
Titik Leleh Es
No
|
Bahan
|
Jumlah
|
Kegunaan
|
1.
|
Es air tawar
|
2 buah
|
Sebagai sampel
|
2.
|
Es air laut
|
2 buah
|
Sebagai sampel
|
3.
|
Es air garam
|
2 buah
|
Sebagai sampel
|
3.5.2. Metode
Metode yang digunakan pada Praktikum Teknologi Penanganan Hasil
Perikanan Materi Pengukuran
Titik Leleh Es adalah sebagai berikut :
3.6.
Hasil dan Pembahasan
3.6.1. Hasil
Tabel Hasil yang didapatkan pada Praktikum
Pengukuran Titik Leleh Es
No
|
Jenis es
|
Suhu awal (oC)
|
Suhu akhir (oC)
|
1
|
Es air tawar
|
-7
|
-5
|
2
|
Es air laut
|
-1
|
0
|
3
|
Es air garam
|
-4
|
-3
|
3.6.2. Pembahasan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan oleh ketiga kelompok yang berbeda, diperoleh
hasil suhu awal dan suhu awal tetesan es yang berbeda-beda. Hal itu disebabkan
karena
pada saat es mencair berarti es tersebut menyerap panas, yang akan menyebabkan
suhu es itu sendiri meningkat.
Es yang digunakan dalam Praktikum
Teknologi Penanganan Hasil Perikanan materi Pengukuran Titik Leleh Es terbuat
dari 3 jenis es, yaitu es air tawar, es air laut, es air garam. Es batu dari
masing-masing jenis diambil 2 potong kubus kecil, kemudian diikat menjadi satu
menggunakan karet gelang. Kedua es yang telah dijadikan satu tersebut, diukur
suhu awalnya dengan menjepit thermocouple diantara kedua es dan
diletakkan di bibir gelas kaca dengan dialasi lidi. Es tersebut diamati sampai
terlihat tetesan air jatuh pertama kali.
Hasil yang
diperoleh kelompok 9 adalah es air laut memiliki suhu
awal -7oC, dan pada tetesan pertama suhunya menjadi -5oC. Es air tawar memiliki
suhu awal -1oC, pada
tetesan pertama suhunya menjadi 0oC. Es air garam memiliki suhu awal -4oC, dan pada tetesan pertama
suhunya menjadi -3oC.
Berdasarkan
hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa suhu awal dan akhir es berbeda. Hal ini
disebabkan karena pada saat es mencair berarti es tersebut mengeluarkan panas,
yang seharusnya menyebabkan suhu es itu sendiri meningkat. Penggunaan garam
pada pembuatan es membuat suhu awal dan suhu akhir pada saat es mencair lebih
rendah dibandingkan dengan es yang dibuat dari air tawar. Faktor yang mempengaruhi kecepatan waktu leleh es disebabkan oleh suhu
lingkungan sekitar.
Waktu pelelehan tercepat terjadi pada kelompok yang menggunakan es air tawar sedangkan waktu pelelehan yang paling lama
adalah es air laut. Suhu es terendah terdapat pada jenis es yang memiliki kadar
garam yang tinggi,
sehingga waktu untuk pelelehan menjadi paling lama daripada es air tawar. Titik lebur
suatu zat dapat berubah-ubah dipengaruhi oleh tekanan udara. Faktor yang
mempengaruhi kecepatan peleburan yaitu tekanan udara luar yang berubah-ubah, sehingga menyebabkan titik lebur
zat juga akan mengalami perubahan. Kandungan garam juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi.